Guru Kehidupan dan Sang Guru



Orang yang sudah mencapai tingkat
kearifan tinggi dengan belajar dari pengalamannya mengajarkan, bahwa
setiap orang dapat menjadi Guru kehidupan.







Melalui mereka yang setiap hari
berinteraksi dengan kita, maka banyak pembelajaran hidup yang akan kita
dapatkan. Modalnya cukup dengan mau selalu membuka mata dan hati untuk
memetik pembelajaran yang ada.







Peristiwa yang terjadi silih
berganti bagaikan hamparan kitab suci yang dapat menjadi ‘bacaan’ yang
akan memperkaya jiwa dan membangkitkan sikap bijak melalui perenungan
atau refleksi dengan pikiran jernih dan hati yang bersih.







Setiap peristiwa selalu berharga
untuk dipahat di dinding hati. Jangan sampai kesenangan membuat kita
lupa untuk bersyukur. Penderitaan membuat kita mengeluh.







Jangan hanya senang sama mereka yang baik dan memuji. Namun justru membenci mereka yang tidak suka dan mencela kita.







Sejatinya semua adalah Guru yang
akan mengajarkan dan mendewasakan kerohanian kita. Bukan hanya tubuh
fisik kita yang perlu bertumbuh.







Tetapi tubuh spiritual lebih perlu untuk bertumbuh melalui Guru-guru kehidupan yang tiada henti mengajarkan.







Sibuk Mencari yang Palsu, Melupakan yang Sejati







Jaman sekarang kita sebagai manusia
terlalu sibuk untuk mancari hal-hal yang berbentuk yang sesungguhnya
adalah palsu. Kekayaan dan kedudukan adalah palsunya adanya. Tapi
begitu dicinta sampai lupa waktu untuk mendapatkannya.







Kita juga terlalu sibuk dan rela
membuang waktu, pikiran, dan uang untuk menggutamakan sesuatu yang
sesungguhnya palsu yang menjadi miliki kita. Tubuh fisik, rumah,
kendaraan, dan harta benda lainnya. Bahkan demi seekor burung kita
rela.







Demi tubuh fisik kita kita sangat perhatian merawatnya dan memberikan asupan yang terbaik, agar terjaga penampilannnya.







Namun atas waktu yang ada pencarian
yang palsu telah mendominasi hidup kita, sehingga kita lalai untuk
memperhatikan dan merawat diri kita yang asli. Yaitu Sang Guru yang
tiada henti mengajarkan hakekat kebenaran untuk menyadarkan jiwa kita.





Sang Guru Sejati 







Perlu sebuah kesadaran untuk
bertumbuh menjadi utuh pada hari nanti dengan belajar pada Guru
kehidupan yang dengan mudah dapat kita temukan.







Untuk menunbuhkan kesadaran ini kita
perlu mendengarkan sang Guru yang bersemayam di dalam diri kita yang
sedang bermeditasi di Puncak Kesunyiannya. Kita hanya perlu tenang.
Tidak terjebak dalam kesibukan duniawi yang tiada habisnya.







Ada waktunya untuk bertemu Sang Aku
yang selalu mau ‘menundukkan kepala’ untuk menjadi pembelajar. Bukan
keakuan yang selalu ‘mendongakkan kepala’, sehingga hidup dalam
pemikiran sendiri.






Atas kesadaran untuk berguru pada
kehidupan dan membaca hamparan kitab suci kehidupan sepanjang waktu.
Pada waktunya dalam kesunyian biarlah Sang Guru yang mencerahkan dalam
senyuman








Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Guru Kehidupan dan Sang Guru"

Posting Komentar