KEBUTUHAN GIZI BAGI LANSIA
VAKSIN DAN IMUNISASI
Penyakit penyakit infeksi merupakan jenis
penyakit yang hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara
berkembang yang taraf kehidupan sosialnya masih dibawah garis yang layak.
Keadaan ini antara lain menyangkut pola higiene yang erat hubungannya dengan
penularan dan penyebaran penyakit tersebut diatas.
Dewasa ini sudah tersedia
pelbagai obat yang ampuh, terutama dari golongan kemoterapi untuk memeranginya.
Namun, tujuan utama dari program penanggulangan penyakit infeksi adalah
menghindari terjangkitnya infeksi. Hal ini dapat dicapai dengan antara lain:
-
menghilangkan
sumber atau memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit infeksi
-
mengurangi
kepekaan seseorang terhadap organisme patogen atau dengan kata lain meningkatkan
kekebalannya terhadap infeksi. Ini dapat dicapai dengan proses imunisasi.
Mengurangi kekebalan terhadap penyakit
infeksi dapat dicapai dengan dengan jalan imunisasi. Cara ini telah mengubah
sejarah banyak jenis penyakit infeksi. Sejak dahulu telah tercatat suatu
fenomena, bahwa orang-orang yang luput dari serangan penyakit sampar yang
mematikan tidak akan diserang kembali untuk kedua klalinya oleh penyakit ganas
ini. Namun pada waktu itu belum dapat ditarik kesimpulan ilmiah mengenai
peristiwa ini.
Mekanisme
terbentuknya imunitas
Dua jenis sel darah putih yang memegang
peranan penting dalam sistem imunitas adalah makrofag dan limfosit. Respon imun
terhadap suatu antigen dimulai pertama-tama dengan penyerapannya oleh
makrofag yang kemudian menyajikan
antigen tersebut kepada limfosit. Tujuan akhir dari kedua jenis imunitas yang
secara artifisial dapat ditimbulkan dengan jalan vaksinasi adalah untuk
menciptakan perlindungan dari tubuh terhadap antigen atau terhadap mikroba yang
membawanya.
Jenis-jenis
Imunisasi
·
Imunisasi Aktif
Kekebalan aktif diperoleh sebagai akibat dari
infeksi dengan kuman patogen atau dapat juga secara penyuntikan melalui
penyuntikan dengan kuman patogen yang mati dilemahkan atau dengan produk
metabolismenya. Untuk imunisasi ini digunakan vaksin ( cacar, kolera, pertusis,
pes, tbc, rabies, influensa, tiofus, dan poliomoelitis). Begitu pula toksoid (
difteri dan tetanus)yaitu toksin kuman yang dibuat tidak toksis lagi dengan
cara kimiawi.
Imunisasi aktif dapat terjadi
apabila terjadi stimulus “ sitem imunitas “ yang menghasilkan antibodi dan
kekebalan seluler dan beratahan lebih lama dibanding kekebalan fasip. Ada dua
jenis kekebalan aktif yaitu kekebalan aktif alamiah dan didafat.
Vaksin
kuman
Adalah sediaan aman dari bakteri yang telah
dimatikan ( tifus) diperlemah (sampar arau pes) atau ari bakteri yang hidup
tidak ganas.( virulen) lagi. Dengan imunisasi aktif ini orang dapat dilindungi
terhadap penykit infeksi tertentu.
Vaksin
Virus
Suatau cara
melemahkan mikroba dengan jalan pembiakan
melelui tubuh pelbagai hewan.
Tujuan
Pemberian Vaksin
Adalah merangsang imunitas
seluler maupun hormonal seperti yang layaknya timbul sebagi reaksi terhadap
suatu infeksi alamiah. Tetapi vaksin menghindarkan efek-efek serius yang
diakbatkan oleh mikroa yang virulen penuh. Dengan emikian suatu inveksi yang
tidak menentu dan mungkin sekali serius diganti dengan sustu infeksi terkendali
dengan gejala ringan atau sama seklai tanpa gejala klinis.
Antibodies ( imunoglobulin)
Yang dibentuk oleh tubuh pada imunisasi aktif
diekresikan lebih lambat dari luar sebagai serum ( imunisasi Fasip ). Dengan
demikian imunisasi aktif terutam abiala dikehendaki kekebalan yang lama
terhadap suatu penyakit. Imunitas ini lazimnya berlangsung beberapa bulan
sampai beberapa tahun dapat ditimbulkan kembali dengan penyuntikan ulangan (
Boster ). Tujuan injeksi boster diberikan paling lambat setelah injeksi primer,
adalah untuk memperkuat imunitas semula yang telah ditimbulkan.
Penggunaan Sebagai Terapi
Disamping untuk profilaksis, bisa juga digunakan
sebagai pengobatan penyakit menahun, misalnya stafilakokus, gonok, dan lainnya,
sehingga mendorong tubuh antibodi ekstra terhadap infeksi tersebut.
Vaksin Kombinasi
Selain vaksin khusus juga terdapat vaksin
kombinasi untuk mempermudah penggunaannya, Contoh dipteri, pertusis, tetanus (
DPT ), kolera tifus, paratifus ( Kotopia).
Adjuvantia
Disamping antigen diatas vaksin dapat
mengandung jat-jat tambahan, larutan untuk mensuspensikan, zat pengawet,
antibiotika dan zat stabilisator. Adjunvantia yang dimaksudkan adalh garam
laumunium atau kalsium.
·
Imunisasi
pasif
1)
Antisera, imunosera atau sera
adalah sera hewan yang mengandung antibodi spesifik dalam kadar tinggi.
Antisera diperoleh dari penyuntikan suatu antigen tertentu kedalam jaringan suatu
ekor hewan ( imunisasi aktif ), yang kemudian membentuk antibodies.
Ada 2 kategori menurut klasifikasi ini, yaitu
yaitu kekebalan fasip bawaan ( Passive Conginetal ) dan pasif didapat ( passive
acquired ). Kekebalan fasip adalah pemberian kekebalan yang berasal dari hewan
atau manusia kepada manusia lain yang tujuannya memberi perlindungan terhadap
penyakit infeksi yang bersipat sementara karena kadar anti bodi akan berkurang
setelah beberapa minggu atau bulan ( DEPKES, 2000 ). Kekebalan afasip ini terdapat
pad neo natus sampai usis 6 bulan, yang didapat dari ibu melalui vaskularisasi
pada placenta, misalnya difteri tetanus
dan campak. Anti bodi tersebut dapat melindungi bayi dari penyakit
tertentu samapi usia 12 bulan, kekebalan pasip didapat, didapat adri luar,
miksalnya gama globulin murni dari darah yang menderita penyakit tertentu,
misalnya campak, tetanus, gigitan ular berbisa tau rabies.
Umunya imunisasi ini berupa serum, pemberian
serum ini menimbulkan efek samping berupa reaksi atopik, anafilaktik dan
alergi, oleh karena itu perlu dilakuakn skintes sebelumnya.
2)
Menurut Lokalisasi Dalm Tubuh
Menurut lokalisai ada 2 jenis imunitas yaitu,
hormonal dan seluler, Imunitas hormonal ( Hormonal Immunity ) terdapat dalam
imunoglobulin ( Ig) Ig G, A, M.Imunisasi seluler terdiri dari fagositosis dan
sel-sel sistem retikulo endotelia. Pada dasarnya imunitas seluler berhubungan
dengan kemampuan tubuh untuk menolak benda asing dan dapat ditunjukan dengan
alergi kulit terhadap benda asing.
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
1.
Tuberkulosis
Penyebab penyakit ini adalah
mokobakterium tuberculosis. Apabila seorang anak terkene tuberculosis organ
yanag akan terkena adalah paru-paru, kelenjar tulang, endi dan selaput otak.
Cara penularannya adalah melalui droplet atau percikan ludah, sedangkan
reservoar adalah manusia. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah
BCG. Dampak vaksin BCG paling tidak apabila terkena penyakit akan lebih ringan
sehingga menurunkan angka kematian.
2.
Difteri
Disebabkan oleh korino
bacterium difteriae tife gravis, milis, intermedius yang menular melalui
percikan ludah yang tercemar. Imunisasi yang diberikan untuk pencegahan
penyakit ini adalah DPT, pad anak dibawh 1 tahun ( imuniasi dasar dan DT pada
anak kelas 1 dan VI SD atau booster )
3.
Pertusis
Disebabkan oleh bordetella
pertusis, penyebaran ellalui droplet. Masyaraakat engenalnya dengan istilah
abtuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari pertusis adalah pneumoni yang
dapat menimbulkan keatian. Imunisasi DPT adaalah salah satu cara pencegahan
yang dapat dilakukan karena kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif. (
DEPKES, 2000 )
4.
Tetanus
Diseabakan mikobakterium
tetani yang berbentuk spora masuk kedalam luka terbuka, berkembang biak secara
anaerobik dan membentuk toksin. Imunisasi tidak hanya DPT diberikan pada anak
tapi juga TT pad ibu hamil, calon pengantin yang diberrikan saat ante natal
care dan Dt pada anak SD klas I dan VI.
5.
Poliomielitis
Penyebab penyakit ini adalah
virus polio tipe 1,2,3, yang menyerang mielin ata serabut oto. Penularan
penyakit ini melalui droplet atau fekal dan reservoarnya adalh manusia yang
menderita folio, imunisasi yang digunakan vaksinasi polio bahkan dapat
eradikasi dengan cakupan polio 100 %.
6.
Campak
Penyebab penyakit ini adlah
virus morbili yang menular melalui driplet. Imunisasi diberikan pada usia 9
bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak akan
berkurang sampai usia 9 bulan, komplikasi yang harus dicegah adalah ostitis
media, konjungtivitis berat, enteritis, dan peneumonia terlebih pada anak
dengan setatus gizi buruk.
7.
Hepatitis B
Disebabkan oleh virus
hepatitis tipe b, imunisasi hepatitis B diberikan pad abayi o-11 bulan dengan
maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke bayi.
Cara dan Waktu pemberian Imunisasi
a.
Cara Pemberian
Vaksin | Dosis | Cara Pemberian |
BCG | 0,05 cc | Intra kutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan |
DPT | 0,5 cc | Intra moscular |
Polio | 2 tetes | Diteteskan kemulut |
Campak | 0,5 cc | Sub kutan biasanya di lengan kiri atas |
Hepatitis B | 0,5 cc | Inta moscular pad apaha bagian luar |
TT | 0,5 cc | Intra moscular di muskulus deltoideus |
b.
Waktu Pemberian
Vaksin | Pemberian Imunisasi | Selang Waktu Pemberian | Umur Pemberian | Keterangan |
BCG | 1 kali | 0-11 Bulan | ||
DPT | 3 kali | 4 minggu | 2-11 bulan | |
Polio | 4 kali | 4 minggu | 0-11 bulan | |
Campak | 1 kali | 9-11 bulan | ||
Hepatitis B | 3 kali | 4 minggu | 0-11 bulan | Untuk bayi yang lahir di RS atau puskesmas, hep b, BCG dan polio dapat diberikan segera |
0 Response to "KEBUTUHAN GIZI BAGI LANSIA"
Posting Komentar