Mekanisme Absorpsi










Setelah diliat2 ternyata lumayan banyak yg nyari info ttg Absorpsi obat dan tetek bengeknya, mo nyari tugas ya?? hehe.. Oke deh kalo begitu saya coba tulis deh mengenai absorpsi obat, g terlalu lengkap sih tapi mudah2n bisa membantu..

Aborpsi obat adalah proses penyerapan obat dari tempat mulai dicerna sampai obat bekerja dan kadarnya tidak mengalami perubahan sehingga memberikan efek.. Mekanisme absorpsi obat secara umum:

·    Difusi pasif, penembusan ke dalam membran dengan adanya perbedaan knsentrasi dan tanpa bantuan. Transport senyawa berbanding langsung dengan landaian konsentrasi, koefisien distribusi senyawa serta koefisien difusi berbanding terbalik dengan tebal membran.

·    Difusi terfasilitasi, proses penembusan tanpa menggunakan energi (ATP) tetapi memerlukan bantuan pembawa (carrier).

·    Transport aktif, menggunakan energi dari sintesis ATP karena senyawa memasuki suatu membran dengan melawan gradien (melawan konsentrasi –> kebalikan dari difusi pasif).

·    Pinositosis, untuk molekul besar berupa cairan, mekanismenya seperti fagositosis (fagositosis untuk berupa partikel padat)

·    Pasangan ion, senyawa2 tertentu yang di dalam tubuh/ di luar membran sel mengalami ionisasi sehingga sukar diserap maka senyawa tersebut berikatan dengan senyawa yang berlawanan muatan kemudian dihantar menembus membran sel dan masuk ke dalam cairan intraseluler.

Mekanisme absorpsi obat dalam berbagai rute pemberian:

1. Rute bukal (sublingual)

Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat berdifusi ke dalam anyaman kapiler dan secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Keuntungannya adalah obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan tidak diinaktivasi oleh metabolisme. Pemberian ini hanya mungkin untuk obat  yg dapat diabsorpsi dengan mudah dan tidak untuk obat yang memiliki rasa tidak enak.

2. Rute oral

Cara pemberian yang paling sering dengan berbagai alasan . Beberapa obat diabsorpsi di lambung, namun duodenum sering merupakan jalan masuk utama sirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya lebih besar. Metabolisme langkah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat dihancurkan oleh asam. Pada usus luas permukaan penyerapan memungkinkan penyerapan (absorpsi) dapat lebih cepat dan sempurna, karena dicapai melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa, dan kripta mukosa serta mikrovili.

3. Rute rektal

Lima puluh persen aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal (melalui hati ß biasanya pada rute oral), sehingga biotransfortasi obat oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta. Keuntungan pemberian melalui rektal (juga sublingual) dl mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH dalam lambung. Rute rektal juga berguna untuk obat yang menginduksi muntah jika diberikan secara oral atau jika penderita mengalami muntah-muntah.

4. Rute intravaskular (IV)

Obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Obat langsung masuk ke dalam sistemik dan mencapai target site, oleh karena itu obat yang disuntukkan tidak dapat diambul kembali misalnya dengan emesis sehingga rentan terjadi over dosis. Selain itu memiliki resiko hemolisis, kontaminasi, dan reaksi tidak diinginkan karena pemberian obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma.

5. Rute intramuskular (IM)

Umumnya obat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berupa suspensi dalam vehikulum. Absorpsi obat dalam air cepat, sedangkan absorpsi preparat depo lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikan suatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama.

6. Rute subkutan (SC)

Hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorpsinya biasanya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.

7. Inhalasi (melalui paru-paru)

Inhalasi (umumnya berupa aerosol) memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan IV. Cocok untuk zat dalam bentuk gas. Dengan luas perukaan alveolar besar (70 – 100 m2), selain mengabsorpsi zat berupa zat dapat juga mengabsorpsi cairan dan zat padat. Utamanya untuk terapi lokal dalam daerah saluran pernafasan.

8. Intranasal (lewat hidung)

Mukosa hidung yang memiliki sifat absorpsi yang baik seperti mukosa mulut, cocok untuk pemakaian obat menurunkan pembengkakan mukosa secara topikal pada rinitis. Perlu dipertimbangkan bahwa akibat absorpsi juga dapat terjadi di efek sistemik, misalnya kenaikan tekanan darah dan takikardia pada bayi yang memakai tetes hidung yang mengandung alfa-simpatomimetik.

9. Intratekal (intraventrikular)

Yaitu langsung disuntikkan ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukiia limfositik akut.

10. Topikal (kulit)

Pemberian melalui kulit memiliki sawar karena kulit memiliki beberapa lapisan. Sawar absorpsi yang paling berperan adalah stratum korneum. Stratum korneum tidak mengandung kapiler dengan kandungan air yang sedikit (sekitar 10%) merupakan sawar absorpsi dan sekaligus tanon absorpsi. Zat yang lebih banyak terabsorpsi melalui pemeberian topikal adalah zat yang terutama larut dalam lemak yang masih menunjukkan sedikit larut dalam air.

Sumber: catatan kuliah farmakologi, buku Dinamika Obat (by Mutschler), buku Farmakologi Ulasan Bergambar (by Mycek)






Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mekanisme Absorpsi"

Posting Komentar