BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 1995, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan mencanangkan da melaksanakan Program Immunisasi Masal secara Nasional, yang dikenal dengan Pekan Immunisasi Nasional (PIN) dengan memberikan immunisasi polio kepada seluruh bayi dan balita. Kegiatan ini diteruskan lagi tahun 1996 dan 1997.
Program ini dilaksanakan dalam upaya untuk menghilangkan virus polio yang menimbulkan penyakit yang berakibat kelumpuhan permanen pada anak balita. Meskipun sekal tahun 1995 Indonesia dikatakan tidak menemukan kasus polio akut, namun untuk meningkatkan tingkat kekebalan anak Indonesia pemberian vaksinasi agar benar-benar virus polio tereliminasi dari bumi Indonesia.
Namun mengejutkan pada pertengahan tahun 2005,Dinas Kesehatan melaporkan telah ditemukannya kasus anak usia 18 bulan di daerah JABAR yang menderita lumpuh layuh mendadak yang diawali oleh demam. Bahkan sampai dengan 24 Agustus 2005, jumlah penderita VPL (Virus Polio Liar) sebanyak 226 kasus di 108 Desa, 56 Kecamatan, 18 Kabupaten di 5 Provinsi, yaitu Jawa barat, banten, Lampung, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Kasus tersebut di diagnosa sebagai penyakit polio atau poliomyelitis, yang selama ini diketahui sudah dieradikasi dari bumi Indonesia melalui program Immunisasi Nasional yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Kejadian mengejutkan tersebut akhirnya menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan. Dan atas dasar pemikiran tersebut penyusun mencoba untuk mengangkat tema Wabah Polio sebagai kajian ilmiah dalam makalah ini.
B. Tujuan
Selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II, makalah ini juga disusun dengan tujuan :
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan poliomyelitis.
- Untuk mengetahui penyebab terjadinya wabah polio.
- Untuk mengetahui tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi wabah polio.
- Untuk dapat menerapkan konsep-konsep keperawtan komunitas dalam menangani maslaah wabah polio.
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari IV Bab, yakni : BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan, BAB II Materi mengenai wabah infeksi virus polio yang kembali menyerang. BAB III Pembahasan, BAB IV Kesimpulan.
BAB II
WABAH INFEKSI VIRUS POLIO KEMBALI MENYERANG
Dengan diketemukannya kasus penyakit polio ini kembali, maka ini merupakan ancaman baru bagi Indonesia untuk wabah penyakit infeksi menular yang terutama menyerang anak balita. Dan kejadian ini menjadikan Indonesia sebagai negara ke 16 di dunia yang terserang virus polio yang merupakan reemerging infections disease. Konfirmasi strain virus dilakukan di India, dan dinyatakan strainnya berasal dari Afrika.
• Poliomyelitis
Poliomyelitis adalah infeksi akut dimana tanda klinis TDD : suhu tubuh yang meningkat, nyeri kepala, kekakuan pada leher dan punggung, kadang-kadang paralisis fleksid dari berbagai kelompok otot.
• Poliovirus
Virus penyebab penyakit polio ini pertama sekali didemonstrasikan pada tahun 1909 oleh Landsteiner dan popper yang berkebangsaan Jerman, yang ditulis dalam bukunya : Immunitatsforsch Orig.
Polio virus adalah termasuk kelompok Enterovirus, famili dari picornaviridar yang terdiri dari lebih dari 230 jenis yang terbagi dalam 5 generasi. Diantaranya ada 3 generasi yang menginfeksi manusia, yaitu : Enterovirus, Rhinovirus & Poliovirus, Coxackievirus & Echovirus.
Penyebaran Virus Pilio
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkampanyekan untuk mengeradikasi penyakit ini di seluruh dunia. Dengan program immunisasi dengan vaksin polio oral diseluruh dunia, maka belahan dunia barat telah berhasil mengeradikasi virus ini sejak tahun 1985. belahan dunia lainnya, terutama di negara yang sedang berkembang juga telah berhasil menurunkan jumlah kasus dari 350.000 pada tahun 1988 menjadi hanya sekitar 1900 kasus pada tahun 2002. Umumnya kasus berasal dari Asia Selatan (India, Pakistan, Afganistan), Afrika Barat (terutama Nigeria) dan Afrika Tengah (terutama Congo).
Perjalanan Penyakit
Disebut sebagai enterovirus, karena virus ini menginfeksi manusia melalui saluran pencernaan (enterik) dan virus terdapat pada feces manusia dan menular kepada orang lain melalui jalur fecal-oral, virus ini berdiam dan memperbanyak diri di kerongkongan dan di dalam usus manusia yang diserangnya. Dari usus kemudian virus ini masuk ke dalam peredaran darah untuk kemudian virus akan menyerang serabut-serabut saraf yang terdapat pada otak dan serabut saraf yang terdapat pada saluran tulang belakang. Bergantung pada luasnya daerah saraf yang terkena, maka akan timbul gejala kerusakan fungsi saraf dengan kelumpuhan pada anggota gerak bawah, satu atau keduanya, tanda-tanda meningitis atau hanya menimbulkan gejala ringan berupa panas beberapa hari.
Gejala Klinis
Hampir 90 % penyakit poliomyelitis ini tanpa gejala atau dengan gejala ringan, bila virus yang masuk ke dalam tubuh hanya terbatas pada tenggorokan dan usus, dan tidak menyebar ke serabut saraf sekitar 5 % terjadi penyakit dengan derajat sedang yang disebut dengan abortive poliomyelitis dengan gejala demam, sakit kepala, lesu, nyeri pada tenggorokan. Dapat juga timbul mual-muntah setelah 3-4 hari terekspos virus ini.
Pada 1-2 % kasus, akan terjadi kerusakan ringan pada saraf dan selaput otak yang akan menimbulkan Nonparalytic Poliomyelitis atau Aseptic Meningitis. Hampir 2 % kasus dapat terjadi yang disebut paralitic polio dengan gejala lumpuh layuh pada naggota gerak, terutama kaki.
Keadaan ini timbul dalam beberapa hari setelah timbul gejala klinis demam. Tergantung pula luasnya kerusakan serabut saraf yang terjadi baik itu serabut spinal (tulang belakang) maupun susunan saraf pusat, akan timbul kelumpuhan dari yang ringan sampai berat, bahkan kematian. Proses penyakit berlanjut dalam beberapa hari sampai 6 bulan sampai terjadi proses kesembuhan total, cacat yang permanen atau kematian.
Diagnosa
Dari gejala klinis dan kelainan fisik yang ditemukan, sudah dapat menduga penyakit poliomyelitis. Selain itu diperlukan pemeriksaan laboratorium darah serta pemeriksaan cairan otak (CSS) untuk melihat jenis dan jumlah selnya. Pemeriksaan serologis darah kadang diperlukan untuk menentukan serotipe virus. Untuk memastikan diagnosa diperlukan pemeriksaan virologi guna mengidentifikasi virusnya.
Pengobatan
Belum ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk penyakit polio, sampai saat ini.
Pencegahan
Vaksinasi adlah satu-satunya cara memberantas polio. Ada dua jenis vaksin yang bisa digunakan yaitu vaksin yang tervuat dari virus polio yang diinaktifkan atau lebih dikenal IPV(Inactivated Polio Vaccine) dan vaksin yang terbuat dari virus hidup yang patogennya dilemahkan (Live Attenuated Oral Polio Vaccine, OPV).
Vaksin IPV dikembangkan Jonas Salk tahun 1954. melalui proses Inaktif ini, virus bisa mati dan yang berfungsi sebagai vaksin adalah unsur protein virus tersebut. IPV biasanya mengandung zat pengawet 2-phenoxyethanol dan sedikit antibiotik seperti neomycin, streptomicin dn polimixin B. vaksin ini melalui suntikan, sehingga selain biayanya mahal juga memerlukan tenaga medis. Berbeda dengan IPV, vaksin OPV adalah virus hidup tetapi tidak patogen. Vaksin ini ditemukan Albert Sabin tahun 1957, sehingga virus polio galur vaksin dinamakan galur sabin.
Karena OPV adalah virus hidup, dia memiliki karakter seperti virus polio alami. Artinya, OPV bisa berkembangbiak di dalam tubuh, mengindus antibodi dan kemudian keluar bersama tinja. Karena virus yang keluar bersama tinja juga memiliki karakter seperti vaksin OPV. Jika menginveksi manusia di sekitarnya juga akan memberikan makna yang sama dengan vaksinasi. Atas pertimbangan ini, WHO lebih menekankan penggunaan OPV dalam program Eradikasi Polio Global. Begitu juga dengan program immunisasi di Indonesia, semuanya menggunakan OPV.
Walaupun demikian, OPV juga memiliki kelemahan, yaitu kemungkinan berubah menjadi virus yang patogen, karena OPV virus hidup, dia memiliki kemungkinan berubah. Jika ini terjadi, akan beresiko terhadap orang yang mendapatkan vaksinasi. Kasus polio seperti ini dikenal dengan Vaccine-Associated Paralytic Poliomyelitis (VAPP). Tapi kemungkinan VAPP ini sangat rendah, yaitu 1 kasus dalam 2-3 juta orang, sehingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Peluang terserang polio jauh lebih besar jika tidak mendapatkan immunisasi dibandingkan kasus VAPP.
• Peran Perawat Komunitas
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (Provider Of Nursing Care)
2. Pendidik (Health Educator)
3. Pengamat (Kesehatan Health Monitor)
4. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator Of Services)
5. Pembaharu (Inovator)
6. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
7. Panutan (Role Model)
8. Tempat Bertanya (Fasilitator)
9. Pengelola (Manager)
• Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
1. Upaya Promotif (Peningkatan)
a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif (Pencegahan)
a. Immunisasi
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
c. Pemberian Vitamin A, Yodium
d. Pemeriksaan kehamilan, nifas & menyusui
3. Upaya Kuratif (Pengobatan)
a. Home Nursing
b. Perawatan tindak lanjut
c. Perawatan BUMIL RESTI, BUMIL & BUFAS
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Poliomyelitis
Merupakan infeksi virus akut dimana tanda klinis terdiri dari suhu tubuh yang meningkat, nyeri kepala, kekakuan pada leher dan punggung dan kadang-kadang paralitis fleksid dari berbagai kelompok otot. Penyebabnya termasuk dalam kelompok enterovirus.
B. Penyebab Terjadinya Wabah Polio di Indonesia
Kendati penyuluhan pentingnya immunisasi gencar dilakukan pemerintah dan berbagai lembaga melalui sejumlah media, masih banyak masyarakat yang belum mengerti, bahkan tidak mau mengerti. Terlebih beberapa peristiwa yang terjadi setelah immunisasi, mulai dari anak demam hingga meninggal dunia membuat orang-orang semakin meragukan efektifitas immunisasi.
Walaupun vaksinasi polio disediakan secara rutin sebagai bagian dari paket immunisasi dasar di PUSKESMAS & POSYANDU, namun yang datang memanfaatkannya masih belum banyak, penyebabnya adalah usaha mengedukasi masyarakat yang belum berjalan efektif dan program immunisasi secara pasif atau menunggu masyarakat datang sendiri jelas tidak akan optimal. Selain itu ada segelintir orang yang menganggap bahwa immunisasi ini haram.
C. Uoaya Kesehatan Komunitas Untuk Mengatasi Wabah Polio
Upaya kesehatan komunitas untuk mengatasi wabah polio sesuai dengan peran perawat komunitas :
1. Sebagai Pelaksana Keperawatan
- Melakukan perawatan rutin
- Untuk stadium pra atau non-paralitik tidak diperlukan terapi spesifik kecuali meringankan nyeri kepala. Memperhatikan kebutuhan istirahat tidur untuk mencegah terjadinya paralisis. Kemudian menempatkan pasien dalam posisi tertentu dan menopang anggota gerak yang nyeri. Fisiotherapy yang pasif dapat dilakukan misalnya dengan menggerakan setiap sendi melalui rentang yang penuh dua kali sehari.
- Untuk stadium paralitik, terapi terhadap kelumpuhan pernafasan. Hal ini dapat melibatkan pembuatan trakeostomi & menghubungkan ventilator dengan tubatrakheostomi, paru-paru diinflasi dengan tekanan positif. Therapi kerja, misalnya bermain dan pekerjaan sekolah sesuai dengan umur & kondisi.
2. Sebagai Pendidik
Memberikan pendidikan kesehatan secara persuasif, berupa bujukan, himbauan, dan ajakan, juga memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat megenai polio. Adapun yang menjadi sasarannya adalah : masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan para pembuat kebijakan.
3. Sebagai Pengamat Kesehatan
Mengamati perkembangan penyebaran virus dan peningkatan jumlah penderita polio, seperti mengamati efektifitas pemberian vaksin polio.
4. Sebagai Koordinator
Melakukan koordinasi dengan pihak lain yang berkaitan dengan masalah penyebaran virus polio.
5. Sebagai Pembaharu
Menciptakan metoda & strategi baru dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat, agar masyarakat mau mengerti dan menerima pentingnya vaksin polio.
6. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan
Mengorganisir masyarakat agar ikut berperan serta aktif dalam mengatasi wabah polio (PSM).
7. Panutan (Role Model)
8. Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat komunitas harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan polio informasi yang diberikan harus benar dan dapat dimengerti.
9. Sebagai Pengelola (Manajer)
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan, telah ditemukan anak usia 18 bulan di daerah JABAR yang menderita lumpuh layuh mendadak yang diawali oleh demam. Kasus tersebut di diagnosa sebagai penyakit poliomyelitis.
Adapun penyebab kembalinya wabah polio menyerang Indonesia dikarenakan Program Immunisasi Polio Nasional yang dicanangkan setiap tahun tidak mampu mencapai target yang seharusnya. Terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak mau mengerti pentingnya immunisasi polio. Terlebih banyaknya peristiwa pasca immunisasi yang meresahkankan masyarakat seperti terjadinya, demam diare, kejang bahkan sampai meninggal.
Untuk itu diperlukan upaya komprehensif menurut konsep keperawtan komunitas.
Poliomyelitis adalah infeksi virus akut dengan tanda klinis suhu btubuh yang meningkat, nyeri kepala, kekauan pada leher & punggung dan kadang-kadang paralisis fleksid dari berbagai kelompok otot. Penyebabnya termasuk dalam kelompok enterovirus. Virus memasuki tubuh melalui orofaring. Ditemukan pada tenggorokan, darah dan feces 3-4 hari setelah paparan.
Penyakit ini belum bisa disembuhkan karena belum ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk polio sampai saat ini. Namun polio dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi, adapun jenis vaksinasi polio ada 2 jenis yaitu : Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan Live Attenuated Oral Polio Vaccine (OPV). Dan vaksin dengan jenis OPV inilah yang banyak digunakan dalam program Eradikasi Polio Global.
0 Response to "Askep Penyakit Polio"
Posting Komentar