Makalah Choelutiasis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Batu empedu merupakan penyakit yang sering ditemukan dinegara barat dan jarang dinegara berkembang. Yang diherankan prefalensi batu empedu yang tinggi sampai 40-70% didapatkan pada suku indian di Amerika. Dengan membaiknya keadaan sosial ekonomi perubahan menu diet ala barat serta perbaikan sarana diagnosis khususnya ultrasonografi, prefalansi penyakit batu empedu dinegara berkembang termsuk indonesi cenderung meningkat.
Faktor-faktor yang memp[engaruhi pembentukan batu mepedu yaitu eksleresi batu empedu, kolesterol empedu, substansia mucus, pigmen empedu, infeksi, konstiktusi yang mana pada 20-25% otopsi terdapat batu empedu, terjasinmya mungkin karenadirt tingginya kalori dan lemak. Dibawah umur 50 tahun sering dijumpai pada wanita.
Untuk itu penulis mngambil asuhan keperawatan pada pasien chlelitiasis untuk dijadikan atau sekaligus memberi pengarahan kepada pasien cheleltiasisi maupun keluarganya.
1.2 Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis mebatasi bahasan hanya pada Asuhan Keperawatan pada penderita colelitiasis serta tinjauan teoritis saja.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Menurunnya pengkonsumsi kolesterol tinggi merupakan salah satu pencegahan penyakit colelitiasis.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan penulis akan memperjelas hal-hal yang akan dibahas.
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Pembahasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penyusunan, Sistemastika Penulisan, Metode Penulisan.
BAB II Tujuan Teoritis, yang terdiri dari : Pengertian ,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Batu Empedu, Tipe-Tipe Batu Empedu, Diagnotik Batu Empedu, Riwayat Penyakit Batu Empedu, Gejala Penyakit Empedu.
Bab III Asuhan Keperawatan Pada Pasien Colelitiasis yang terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Tindakan Keperawatan, Implementasi, Evaluasi.
Bab IV Penutup yang terdiri dari ; Kesimpulan dan Saran
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakaan dalam penyusunan makalah ini ialah dengan studi kepustakaan dan diskusi langsung denga penderita colelitiasis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Batu empedu adalah struktur kristal yang terbentuk pada pembekuan dan pertumbuhan konstituen empedu normal dan abnormal. Batu empedu ini dibentuk didalam vesika felia. Empedu terdiri dari larutan netral dari ganempedu yang terikat (Conjungated Bile Salts) dalam bentuk natrium, fosfolipid dan pigmen empedu.
2.2 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Batu Empedu.
Adapun faktor-faktor yangmempengaruhi pembentuka batu empedu, yaitu:
1. Ekresi Batu Empedu
Setiap faktor-faktor yang mengurangi konsentrasi berbagai garam empedu atau posfolipid dalm empedu. Asam empedu dihidroksi atau dihidroksy Bile Acid (chenodexycholic dan deoxylholic acid) jadi dengan bertambahnya kadar asam empedu dihidroksi mungkin menyebabkan terbentuknya batu empedu. Terbukti, bahwa pada penderita dengan cilelitiasis dijumpai kenaikan kadar dihidroksi terutama deoxycholic didalam batu empedu dijumpai asam letocholic.
2. Kolesterol Empedu
Apabila binatang percobaan diberi diet lebih banyak kolesterol sehingga kadar kolesterol didalam vesika felea sangat tinggi dapatlah terjadi batu empedu kolesterol yang ringan. Kenaikan kolesterol dapat dijumpai pada orang yang gemuk, kehmilan dan diet kaya lemak
3. Substansia Mikus
Perubahan dalam banyaknya dan komposisi substansia mikus dalam empedu mungkin penting dalam pembentukan bah empedu
4. Pigmen Empedu
Pada anak muda terjadinya batu empedu mungkin disebabkan karena bertambahnya pigmen empedu. Kenaikan pigmenempedu dapat terjadi karena hemolisis yang kronis. Ekresi bilirubin adalah berupa larutan belirubin glukrunoid
5. Infeksi
Adanya infeksi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dinding kandung empedu, sehingga menyebabkan terjadinya statis dan demikian menaikan pembentukan batu empedu
6. Konstitusi dan Faktor Lain
Pada 20-25% otopsi terdapat batu empedu, terjadinya mungkin karena diet, tingginya kalori dan lemak. Dibawah umur 50 tahun sering dijumpai paa wanita mungkin juga karena ada pengaruh familiae
2.3 Tipe-tipe Batu Empedu
1. Batu Empedu Colesterol
a. Souter (single colesterol stone/batu tunggal)
Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan. Bentuknya bulat diametr 4 cm. Dengan permukaan licinnodular. Batu ini tidak mengandung kalsium sehingga tidak dapat dapat dilihat dengan sinar X biasa.
b. Batu Kolesterol Campuran
Batu ini terbentuk bila mana terjadi infeksi sekunder pada kamdung empedu yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang soliser dimana pada permukaannya terdapat endapan pigmen kalsium.
c. Batu Kolesterol Ganda
Jenis batu ini jarang dijumpai dan bersifat radio tranlusen
2. Batu Empedu Pigmen
Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu dan berbagai macam kalsium dan matriks dari bahan organik, batu in I biasanya berganda, kecil, keras, amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua. Alasannya ± 10% radiopague
3. Batu Empedu Campuran
Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (±80%) dan terdiri atas kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan matriks protein.
2.4 Diagnostik Batu Empedu
Diagnostik yang digunakan untuk mengetahui batu empedu yaitu :.
Photo Pocus Abdomen
Keuntungan :
-Biaya rendah
-Tersedia dengan mudah
Kolesistogram Oral (OCG)
- Biaya rendah
- Tersedia dengan mudah
- Pengenalan batu empedu yang tepat (90-95%)
- Pengenalan anomasi GB, kolesistosis hiperplastik
- Pengenalan penyakit GB kronik setelah non visualisasi pada dosis ganda
Ultrasonografi Kandung Empedu
Keuntungan
- Cepat
- Pengenalan batu empedu yang tepat (lebih besar 95%)
- Pemindaian serempak GN, hati, duktus bilaris prankreas
Pemindaian Radiosotop (HIDA, DIPA, dll)
- Cepat
- Pengenalan obstruksi duktus sistikus yang tepat
- Penilaian serempak duktus bilianis
- Hasil relatif rendah
- Dikontraindikasi pada kehamilan
- Dikontaraindikasi pada kehamilan
- Dikontraindikasi dengan riwayat reaksi
- Terhadap kontras tereodignasi non visualisasi dengan bilirubin serum diatas 34-36 m mol/l
- Kegagaan untuk mencerna mengabsorsi tablet
- Gangguan ekresi hati batu yang sngat kecil mungkin terdeteksi lebih banyak waktu yang diperlukan dari pada GBUS
Keterbatasan
- Udara usus
- Obesitas masif
- Asites
- Pemeriksaan balium
- Dikontraindikasi pada kehamilan
- Bilirubin serum lebih besar 103-205/mmo
- Kolesistogram resolusi yang rendah
Temuan Patognomik:
Batu empedu berkalsifikasi, empedu limau, GB porselin kolesistisis emfisematus, ileus batu empedu
- Prosedur yang berguna dalam pengenalan batu empedu bila keterbatasan diagnostik Menengah GBU
- Prosedur pilihan untuk deteksi batu
- Diindikasi untuk pemastian kolesistisis yang dicurigai, berguna dalam diagnosis kolestopati akalkulus terutama bila diberi bersama CCK untuk menilai pengosongan kandung empedu
2.5 Riwayat Penyakit Batu Empedu
Penyakit kandung empedu sendiri, kecuali bila disertai dengan adanya batu empedu. Batu empedu dalam kandung empedu tidak menimbulkan keluhan penderita (silent gall stones) kecuali bila mana batu tersebut masuk kedalam duktus sistikus atau keduktus kholedoknus.
Adanya batu yang pindah keduktus sistikus menyebabkan obstruksi sehingga timbul iritasi kimia dari mukosa kantung empedu . Hal ini menimbulkan kemungkinan terjadinya invasi bakteri yang mengakiibatkan terjadinya kholesistitis akut atau kroniis. Adanya kre\oletistitis akutan dapat menimbulkan satu gangguan akut dan dapat tejadi perforasi dari kantung empedu sehingga terjadi empiema. kholesistitis kronis dapat timbul dalam bentuk tersembunyi (silent form). Walaupun demikan, biasanya ada gejala defresi. Fistulabiliaris interma sebagai akibat adanya batu empedu yang keluar dari kantung empedu biasanya terjadi dalam bentuk akut. Batunya bisa keluar bersama-sama dengan tinja tetapi bisa pula tetap didalam intestin dan menyebabkan lleus batu empedu.
2.6 Gejala Penyakit Batu Empedu
Batu empedu biasanya meninbulkan gejala menyebabkan peradangan atau sumbatan setelah batu bermigrasi kedalam duktus sistikus atau duktus biliaris komunis. Gejala yang paling spesifik dan khas pada penyakit empedu adalah kholikbliaris sumbatan duktus sistikus atau duktus biliaris komunis oleh batu menyebakan peningkatan epigastrium atau kuadron kanan atas abdomen yang sering menyebar kedaerah antar skapula , skapula kanan atau bahu
Kolik bihharis timbul cukup mendadak dan dapat menetap dengan intensitas hebat selama 1 sampai 4 jam, lalu menghilang dengan cepat atau lambat.
Episode nyeri bilaris kadang diikuti oleh nyeri atau rasa perih residual ringan dikuadran kanan.
Atas yang dapat menetap sekitar 24 jam. Episode kolik bilaris sering disertai mual dan muntah , dan pada 25 persen pasien terjadi peningkatan ringan bilirubin serum yang tinggi mengisyaratkan batu-batu duktus bilaris koledokus.
Demam atau menggigil dengan kolik bilaris biasanya mencerminkan adanya ikolestisitis. Keluhan rasa penuh yang samar di Epigastrium, dispespia, sendawa atau flatulensi, terutama setelah makan-makanan berlemak, oleh makanan banyak setelah berpuasa jangka panjang, atau oleh makan secara normal.
a. Terapi batu empedu (terapi bedah)
Walaupun penanganan batu empedu asimtomatik masih diperdebatkan, pada bagian besar pasien resiko timbulnya gejala atau komlikasi yang memerlukan pembedahan
Untuk mengangkat batu empedu biasa dianjurkan dengan kriteria :
1. Adanya gejala yang cukup serius atau parah sehingga menggangu kehidupan sehari-hari pasien
2. Adanya komplikasi penyakit batu empedu sebelumnya yaitu riwayat kolistitis akut, prankeatitis, fistula batu empedu dan seterusnya atau
3. Adanya kelainan yang menimbulkan predisposisi timbulnya komplikasi batu empedu (misalnya kandung empedu yang mengalami klasifikasi atau seperti porselen , kolesterolosis, adenomiomatosis, tidak tampaknya batu empedu pada KSO, dan atau riwayat sekarang kolesisticis atau tanpa memandang status simtomatiknya sekarang .
b. Terapi medis-disolasi batu empedu
Terapi asam empedu oral pada dasarnya tidak efektif untuk melahirkan:
1. Batu empedu pigmen yang menggambarkan sekiar 20 persen batu radiolusen .
2. Batu empedu radiopak atau yang mengandung kalsium ,
3. Batu empedu dengan garis tengah lebih besar dari 1,5 cm dan,
4. Batu empedu dalam kandung empedu yang sulit tampak pada pemeriksaan KSO
c.Kolestiasis Akut dan Kolestiasis Kronis
Peradangan akut dinding kandung empedu biasanya terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu. Respon peradangan dapat dicetuskan oleh tiga factor :
1. Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan iskema mukosa dan dinding kandung empedu
2. Peradangan kimiawi akibat pelkepasan lisolesitia (akibat kerja fosfolipase pada lesitin dalam empedu) dan factor jaringan local lainnya.
3. Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50 sampai 85 % koleslesistisis akut.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN CHOLELITIASIS
3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
a. Data demografi
o Jenis kelamin
o Umur
o BB dan TB
o Varietas (jumlah anak)
b. Keluhan Utama
o Nyeri perut kanan atas
o Kadang-kadang rasa tidak enak di epigastrium
o Yang khas yaitu nyeri menjalar ke bahu atau subskapula
o Demam dan ichterus (bila terdapat batu di diktus koledokusistikus)
o Gejala nyeri perut bertambah bila makan banyak lemak
o Riwayat kesehatan masa lalu
o Faktor genetik
c. Masalah kesehatan sekarang
o Apa yang dirasakan klien
o Apakah gejala/masalah dirasakan tiba-tiba/perlahan dan sejak kapan terjadi
o Bagaimana gejala itu bisa mempengaruhi aktifitas sehari-hari
d. Pola eliminasi
o pola berkemih dan volume urine
f.. Kaji pola makan
B.Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
o Penampilan umum : kelebihn berat, sedang/ringan
o Bentuk-bentuk proporsi tubuh
Wajah : Fokuskan pada abnormalitas struktur bentuk
dan ekspresi wajah
Mata : Oedema periorbita dan exophtalmus
Ekspresi wajah datar/tumpul
Bentuk abdomen bengkak memerah
b. Palpasi
o Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal
o Nyeri tekan dan defans muskular
o Palpasi adanya omentum (lipatan kulit)
c. Auskultasi bagian abdomen
d. Psikososial
o Koping
o Dukungan teman, teman dan keluarga
o Keyakinan klien tentang sehat-sakit
o Persepsi klien tentang keadaan fisiknya
o Kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan dirumah dan penggunaan obat-obatan
C. Data Penunjang
Leukositosis, hipergiliruginemia ringan dan peninggian fosfatase alkali. Dengan foto polos radiologi kadang-kadang terlihat batu empedu. Hasil yang lebih baik dan pasti dilakukan dengan ultrasonografi (USG) abdomen
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya batu empedu yang disebabkan bertambahnya kadar asam empedu dihidroksi
b. Gangguan kebutuhan cairan sehubungan dengan inkotinensia urine
c. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan klien merasa takut akan keadaannya
d. Gangguan kebutuhan nutrisi yang bisa menyebabkan mual karena gejala batu empedu bisa menyebabkan perasaan penuh di epigastrium
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan
a. Konservatif
- Diet rendah lemak
- Obat-obat antikolinergik-antispasmodik
- Analgesik
- Antibiotik, bila disertai kolesistitis
- Asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75 – 4,59/hari, diberikan dalam waktu lama, empedu yang mengandung banyak kolesterol menjadi empedu dengan komposi normal, dapat juga untuk pencegahan, namun toksiknya banyak, kadang-kadang diare.
b. Kolesistektomi
Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal, makan seperti biasa, umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Batu empedu adalah struktur kristal yang terbentuk dari pembekuan dan pertumbuhan konstituen empedu normal dan abnormal. Batu empedu ini dibentuk dalam vesika velea, faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain; jenis kelamin, umur, hormon wanita, infeksi (cholelitiasis) adalah :
1) Gangguan pencernaan, mual, dan muntah
2) Nyeri perut kanan atas kadang-kadang hanya rasa tidak enak di epigastium
3) Yang khas yaitu-nyeri yang menjalar ke bahu atau sub skapula
4) Demam dan ikterus (bila terdapat batu diduktus choledokussistikus)
5) Gejala nyeri yang perut bertambah bila makan banyak lemak.
Pemeriksaan fisik didapati tanda-tanda lokal seperti nyeri tekan dan defans muskulan, kadang-kadang kandung empedu yang membengkak dan diselubungi omentum dapat teraba, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal.
Pemeriksaan penunjang pada choledukussistik yaitu leukositosis, hipergiliruginemia, dan peninggian fosfatase alkali. Foto polos abdomen dan ultrasonografi (USG) abdomen.
Penatalaksanaan atau implementasi pada pasien cholelitiasis yaitu :
1) Bila penyakit berat, pasien perlu dirawat dan diberikan per infus
2) Istirahat baring
3) Puasa, pasang pipa nasogatrik
4) Analgesik, antibiotik
5) Bila semua itu gagal maka perlu dilakukan kolesistektomi untuk mencegah komplikasi
B. Saran
Untuk pasien cholelitiasis diharapkan dapat menjauhi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi/meperburuk batu empedu seperti kolesterol, tingginya kalori dan lemak, diet yang tidak teratur dan lain-lain. Pasien dibantu dengan keluarga dapat melakukan perawatan seperti istirahat baring, puasa, tetapi sesuai dengan advis dokter.
0 Response to "Makalah Choelutiasis"
Posting Komentar