Alasan , Mengapa orang Pintar Gagal ?
Hampir semua orang pengen jadi orang pinter atau setidaknya disebut pinter. Sampe-sampe kadang ada orang yang pura-pura pinter bahkan lebih parah lagi ngaku-ngaku pinter. Akhirnya banyak yang gak kesampean dan jadi hobi minterin orang. Tidak sedikit orang yang terobsesi jadi orang pinter sampe dukun atau paranormal pun ikut-ikutan pengen disebut orang pinter. Serta merta mereka membantah.”Orang-orang yang datang minta tolang sama kami koq yang nyebut kami orang pinter”. Ya, setuju! Dengan demikian orang-orang yang datang itu secara tidak langsung mengaku dan mengatai diri mereka sendiri sebagai orang bodoh.
Siapa yang tidak besar kepala saat orang menyebutnya orang pinter (mungkin di dalam hati kamu jawab: SAYA!). Meski bisa gawat jadinya kalau kata pinter ini disandingkan dengan kata-kata negatif seperti nyolong atau nipu. Tapi tetap saja kata pinter ini menjadi pujian yang paling dirindukan oleh telinga sebagian besar orang. Para orang tua pengen banget anaknya jadi orang pinter. Orang tua bakal bangga banget kalau anaknya jadi murid pinter di sekolahnya. Dijamin mereka bakal muji anaknya habis-habisan di depan tetangga atau orang tua lain kalau anaknya jadi juara kelas. Bahkan anaknya gak pinter pun banyak orang tua yang bangga dengan pendidikan anaknya. Secara, biaya pendidikan kan muahal banget. Dan banyak orang tua yang banting tulang buat nyekolahin anak-anaknya setinggi-tingginya, semampu mereka sampe anak-anaknya lulus. Meski entah anak-anak itu pernah mikirin perjuangan mereka atau tidak. Anak-anak itu sungguh-sungguh belajar atau tidak. Buktinya, hampir setiap orang tua dengan bangga memajang foto wisuda anak-anaknya di salah satu ruangan di rumah. Kecuali di dapur atau di kamar mandi mungkin.
Sering kita berpikir bahwa kesuksesan di sekolah (di semua level) bisa dijadikan gambaran masa depan seseorang. Tidak jarang oarang berpikir seseorang yang selalu juara kelas di SD-nya bakal jadi juara umum si SMP-nya atau orang yang nilai akademiknya bagus di SMA bakal berprestasi juga saat kuliah atau mungkin orang yang wisuda dengan IP yang memuaskan akan cemerlang di dunia kerjanya? Benarkah? Nilai akademik memang salah satu indikator. Prestasi memang salah satu tolak ukur. Keduanya merupakan ciri orang yang pinter. Tapi, sepertinya pinter itu bukan segalanya.
Syahdan, ada seorang pria muda yang nampak kumal sedang berjalan kaki. Tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil yang mengejutkannya. Lebih terkejut lagi orang itu, karena mobil yang cukup mewah tersebut menepi tepat di sampingnya. Perlahan kaca depannya terbuka. Tak lama nampaklah sesosok wajah yang pernah orang itu kenal. Dengan senyum cemerlang menghiasi wajahnya, pengendara mobil itu pun say hai dan bertanya mau kemana? Dengan tampang melongo dan mengingat-ingat orang itu menjawab bahwa ia mau pulang. sejurus kemudian pengendara mobil pun pamitan dan berlalu. Begitu saja.
Bagaimana kalau yang sedang berjalan itu adalah kamu?
Mungkin awalnya kamu tak percaya bahwa orang yang kamu temui itu orang yang kamu kenal. Yup! Dia teman kamu. Teman sekelas malah. Saat kamu masih SD, MTs atau SMA. Yang bikin gak percaya sebenernya adalah karena dia tampak lebih mapan dari kamu. Sepertinya dia sudah memperoleh penghidupan yang layak sesuai amanat UUD 1945. Padahal dulu, dia adalah orang yang tidak menonjol sama sekali, minim prestasi, sering kamu jitaki bahkan dia hadir atau tidak di kelas pun orang tak peduli. Atau bahasa inteleknya “ada atau gak ada lo, gak ngaruh”. Tapi kenapa dia bisa sukses, sedang kamu yang ceritanya dulu pernah berjaya di kelas malah luntang-lantung gak jelas.
Itu adalah sebuah contoh yang tidak jarang orang alami. Intinya, pintar bukan segalanya. Dulu saat sekolah kamu bisa berprestasi cuma dengan mengandalkan kepintaran tapi saat kamu sudah beranjak dari bangku sekolah dan mulai menapaki dunia nyata atau dunia kerja dimana kamu dituntut mandiri dan tidak lagi bergantung pada orangtua, maka hidup pun mulai terasa berbeda. Ternyata hidup tidak sesederhana seperti saat di sekolah. Ternyata tidak mudah saat berangsur-angsur fasilitas dari orang tua mulai dihentikan. Di dunia kerja persaingan jauh lebih ketat, lebih keras bahkan mungkin lebih kotor. Maka kamu sudah tidak mungkin hanya mengandalkan lebel pintar yang dulu kamu miliki. Butuh lebih dari itu. Kamu jauh lebih membutuhkan sikap mental yang kuat, kerja keras dan kreatifitas yang besar untuk bersaing di dunia kerja. Jika kamu memang pintar maka kamu harus meng-upgrade kepintaran kamu menjadi sebuah kecerdasan. Entah itu kecerdasan intelektual, emosional atau spiritual. Atau memilih menyerahkan urusan kamu pada kecerdasan Tuhan? Semua terserah kamu. Yang jelas harus ada perubahan progresif pada diri kamu. Hindari stagnasi atau kemandekan pribadi. Jangan menjadi apa adanya atau mencari seseorang yang menerima kamu apa adanya karena orang-orang yang pintar akan minum tolak angin! Ups, maksudnya akan mencari apa yang mereka butuhkan bukan mencari yang begitu adanya belaka. Jadi jangan biarkan diri kamu mengalami kebekuan karena memegang prinsip romansa melankoli ala anak muda kebanyakan. Selain sulit menemukannya juga tidak bisa memberikan energi positif untuk kamu bahkan cenderung menghambat. So be the special one!
Mulai sekarang jangan meremehkan teman lama kamu yang dulu terlihat dungu. Yang bokongnya sering kamu tusuk dengan bolpoin atau kamu bakar dengan korek gas. Satu-satunya makhluk yang sanggup menikmati kepulan asap di dalam ruang kelas dari gumpalan tipe-x yang sengaja kamu bakar dan segala bentuk kolonialisme lainnya. Boleh jadi orang yang dulu seolah termarjinalkan itu akan menjadi atasan kamu. Nah, mari sekarang kita perkuat mentalitas kita. Kita perbaiki sikap mental kita. Kita asah moralitas kita. Kadang kita tidak boleh cepat merasa puas atau berhenti dengan apa yang kita capai sekarang. Esok harus lebih baik dari hari ini! Merdeka!!!
Dan, saya akhiri tulisan ini dengan sebuah ocehan: ”Jangan mau menjadi orang pintar diantara para idiot tapi jadilah orang yang paling pintar di tengah-tengah orang pintar. Yaitu menjadi orang pintar yang cerdas. Karena orang seperti itulah yang mampu menentukan arah kebijakan yang benar dan baik bagi sebanyak-banyak orang.”
0 Response to "Alasan , Mengapa orang Pintar Gagal ?"
Posting Komentar